• Post 1
  • Post 2
  • Post 3

pembudidayaan rambutan

Budidaya tanaman rambutan

A. Latar belakang

Rambutan ( Nephelium sp. ) merupakan tanaman buah hortikultura berupa pohon dengan family Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.


B. Manfaat dan Ruang Lingkup
Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pula sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di pekarangan, sebagai tanaman hias.

Di dalm usaha tani rambutan, hama dan penyakit merupakan kendala penting. Sebab hal ini ikut menentukan keberhasilan maupun kegagalan budidayanya.

A. Hama pada Daun
Hama tanaman rambutan berupa serangga seperti semut, kutu, kepik, kalong dan bajing serta hama lainnya seperti, keberadaan serangga ini dipengaruhi oleh lingkungan baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Misal:
1. Ulat pengerek buah (Dichocricic punetiferalis)
Binatang ini membuat buah berwarna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadi kering dan berwarna hitam.

2. Ulat pengerek batang (Indrabela sp)
Binatang ini membuat kulit kayu dan mampu membuat lubang sepanjang 30 cm.

3. Ulat pemakan daun (Ploneta diducta/ ulat keket)
Binatang ini memakan daun-daun terutama pada musim kemarau.

4. Ulat Jengkal (Berta chrysolineate)
Binatang ini pemakan daun muda sehingga pinggiran menjadi kering, keriting berwarna coklat kuning.




B. Penyakit
Penyakit tanaman rambutan umumnya disebabkan oleh:
1. Ganggang (Cjhephaleusos sp)
Pada umunya organisme ini menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak kecil di bagian atas daun disertai serat-serat halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya.

2. Ganggang Chaphaleuros kesimbose dengan lumut kerak (Lichen)
Organisme ini dapat dijumpai pada daun dan batang rambutan, yang nampak seperti panu sehingga ranting yang diserang dapat mati.

3. Jamur (Rigidoporus Lignosus)
Jamur ini menyerang dengan tanda rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar yang kena jamur ini dikupas akan nampak berwarna kecoklatan.

C. Gulma
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman rambutan yang berbentuk rerumputan yang berada di sekitar tanaman rambutan yang akan mengganggu pertumbuhan perkembangan bibit rambutan oleh sebab itu perlu dilakukan penyiangan secara rutin.

D. Iklim
1. Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.
2. Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
3. Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman sejak dia terbit sampai tenggelam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya dengan suhu lingkungan.
4. Tanaman rambutan akan dapat utmbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang di ukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kempes).
5. Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti uadara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman rambutan.

Pembahasan

A. Persiapan Lahan
1. Persiapan
Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang berkondisi tanahnya terlampau liat dan tidak memiliki sirkulasi yang baik, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata.

2. Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun rambutan dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak/dicangkul. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanha tidak perlu terlalu terlalu dalam tetapi kalau hasil dari okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 meter dan kedalaman disesuaikan dengan kedalaman air tanha, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurang humus dan kurus atau cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan, kemudian kondisi ini dibiarkan salama kurang lebih 1 tahun sebelumnya.

3. Pembentukan Bedengan
Setelah tanah gembur kemudian buatkan bedeng-bedengan yang berukur 8 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm dengan peralatan dasar atasnya guna menopang bibit yang akan ditanam, panjang disesuaikan dengan luas pekarangan atau persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan keadaan arah membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak antara bedeng 1 m yang diharapkan untuk lalu-lintas para pekerja dan dapat dipergunakan sebagai saluran air pembuangan, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang.

4. Pengapuran
Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak bisa ditanami,selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur, setelah lubang-lubang itu digali dengan ukuran penanaman di pekarangan dan dasarnya ditaburkan kapur sebanyak 0.5 liter untuk tiap lubang guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 6-6,7 sebagai syarat tumbuhnya tanaman rambutan, setelah 1 minggu dari penaburan kapur di beri pupuk kandang supaya tanah menjadi subur.

5. Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 minggu dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 25 kg (kurang lebih 1 blek) dan setelah 1 minggu lahan baru siap untuk ditanami bibit rambutan yang telah jadi.

B. Perkembangbiakan

Perkembangbiakan tanaman rambutan dapat dilakukan dengan cara generatif (biji).

1. Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus, Rambutan Cimancan, Rambutan, Rambutan Sinyonya.

2. Penyiapan Benih
Persiapan benih biji yang digunakan sebagai pohon pangkal setelah buah dikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (di tahan selama 1-2 hari) sesudah itu diangin-anginkan selama 24 jam dan biji siap disemaikan. Disamping itu dapat pula direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chloride (HCl) 25% atau asam sulfat (H2SO4) BJ=1.84, caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang dengan menghindari jamur biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya.

3. Tekhnik Penyemaian Benih
Tekhnik penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan mudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi seperti: mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya. Kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedeng-bedeng yang berukuran 1-1.5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan luas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10 m, dengan keadaan arah membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari walaupun diberi atap pelindung, dengan jarak antara bedeng 30 cm dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kopos/pupuk kandang yang sudah matang dan benih siap disemaikan. Selain dengan melalui proses pengecambahan juga biji dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebuit ditanam pada bedeng-bedeng dengan jarak 10X10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1.5 bulan dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng penanaman.

4. Pemelihaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah bibit berkecambah dan talah berumur 1-1.5 bulan disiram pagi sore, setelah berkecambah dipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang matahari terbit, dengan menggunakan “gembor” supaya merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air dapat menembus sedalam 3-4 cm dari permukaan. Kemudian dilakukan pendangiran bedengan supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput yang tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama penyakit,sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang dilakukan terhadap pohon baru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian yang ditentukan dengan sistem Fokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya daun-daun dirontokkan pada pohon induk yang telah dipillih mata kulitnya dan kemudian setelah disiapkan tempat untuk penempelan mata kulit tersebut sampai mata kulit tersebut tumbuh tunas, setelah itu tunas asli pada pohon induk yang telah do temple kemudian dipangkas, kemuduian rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta membersihkan rumput-rumput yang ada disiangi, kemudian dapat juga diberi pupuk urea 10 gram untuk tipa 1 m2 untuk 25 tanaman rambutan.

C. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali terutama gulma (tanaman pengganggu) seperti rumput-rumputan dan harus disiangi sampai radius 1-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baiik segera dilakukan penggantian denga bibit cadangan.

2. Perempalan
Agar supaya tanaman rambutan medapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan penempelan/pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna memberi pupuk tanaman, memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir dengan harapan muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikunya dan hasil berikutnya dapat meningkat.

3. Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan lahan tanaman rambutan tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
a. Pada tahun ke 2 setelah penanaman bibit diberikan pada setiap pohon dengan campuram 30 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 germ ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon/dengan jalan menggali disekeliling pohon sedalam 30 cm selebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan camouran tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya.
b. Tahun berikutnya dosis pemupukan perlu ditambah dengan komposisi 50 kg pupuk kandang, 60 kg TSP, 150 gram Urea dan 250 gram ZK dengan cara pemupukan yang sama, apabila menggunakan pupuk NPK maka perbandingannya 15:15:15 dengan ukuran antara lain 75-125 kg untuk setiap ha, dan bila ditabur dalam musim hujan dan dengan komposisi 250-350 kg apabila dilakukan saat awal musim penghujan.

4. Pengairan dan Penyiraman
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutya penyiraman dapat dikurangi menjadi 1 kali sehari. Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-benar kuat, frekuensi penyiraman dapat dikurangi kembali yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja. Dan bila turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanamaan tidak tergenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.

5. Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit atau hama karena kondisi cuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida umunya dilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabila kelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila musim penghujan mulai tiba perlu disemprot fungisida beberapa kali selama musim hujan pestisida dan insektisida.


D. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Dalam menghadapi hama dan penyakit, perlu diperhatikan bahwa pestisida yang digunakan jangan sampai membunuh serangga yang membantu penyerbukan.

E. Panen

1. Ciri dan Umur Panen
Buah rambutan yang telah matang dengan cirri-ciri melihat warna yang disesuaikan dengan jenis rambutan yang ada juga dengan mencium baunya serta yang terakhir dengan merasakan rambutan yang telah masak dibandingkan dengan rambutan yang belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan sekitar bulan November sampai Februairi, juga dapat dipengaruhi musim kemarau atau musim penghujan.

2. Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik bersama tungkalnya yang sudah matang (hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen agar dapat bertunas kembali cepat berbuah apabila pemetikan tidak terjangkau dapat dilakukan dengan menggunakan galah untuk mengkait tangkai buah rambutan secara benar.

3. Periode Panen
Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada sekitar bulan November sampai dengan Februari (masa musim penghujan). Dengan dicari buah yang masak dan yang belum masak supaya ditinggal dulu dan kemudian dipanen kembali.

4. Perkiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga panen dilakukan secara baik dan benar serta memenuhio aturan yang ada maka dapat diperkirakan mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap satu pohonnya dapat mencapai hasil minimal 0.10 kuintal dan maksimal dapat mencapai 1.75 kuintal setiap pohonnya.


F. Pascapanen

1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah rambutan harus diikat secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan.

2. Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah rambutan yang bagus agar harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, yang biasanya dijual dalam bentuk ikatan dan perlu diingat bahwa dalam 1 ikatan diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis rambutan, jangan dicampur adukkan dengan jenis lain.

3. Penyimpanan
Penyimpanan yang terbaik untuk mengawetkan buah rambutan biasanya dilakukan dengan jalan dibuat asinan/manisan dan dimasukkan dalam kaleng/botol atau dapat juga dengan menggunakan kantong plastic. Hal ini dapat menjaga kesterilan dan ketahanan serta lama penyimpanannya.

4. Pengemasan dan Pengangkutan
Hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja, tetapi pada kenempakan dan cara pengikatannya, apabila akan dijual tidak jauh dari lokasi maka cukup diikat dan kemudian diangkut dengan kendaraan/dimasukkan dalam karung. Untuk pengiriman dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan rambutan. Caranya dipak dengan menggunakan peti sebelum dipilih dan sebelum dipak sebaiknya dicuci dahulu dengan air sabun dan dibilas kemudian dikeringkan, setelah dipisah dari tangkainya, apabila ada yang terkena jamur sebaiknya direndam terlebih dahulu dengan larutan soda 1,5% selama 3,5 menit kemudian disikat dengan sikat yang lunak. Setelah itu disusun berderet berbentuk sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/sabut kelapa, setelah itu dilapisi dengan kertas minyak. Setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan kertas minyak dan dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya penempatan peti bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.

G. Klasifikasi dan Standar Mutu

Buah rambutan segar untuk masing-masing kultvar, digolongkan dalam 2 jenis, yaitu: Mutu I dan Mutu II

Klasifikasi berdasarkan ukuran berat adalah sebagai berikut:
a. Binjai : besar maksimum 20 kg; kecil : > 20 kg
b. Lebak Bulus : besar maksimum 35 kg; kecil : >35 kg
c. Rapiah : besar maksimum 30 kg; kecil : > 30 kg
d. Simacan : besar maksimum 40 kg; kecil : > 40 kg

Persyaratan mutu untuk buah rambutan adalah sebagai berikut:
a. Keseragaman Kultivar : mutu I seragam; mutu II seragam
b. Keseragaman Ukuran : mutu I seragam; mutu II kurang seragam
c. Tingkat Kesatuan Buah : mutu I tepat; mutu II kurang tepat
d. Tingkat Kesegaran Buah : mutu I segar; mutu II kurang segar
e. Buah cacat/busuk : mutu I 0%; mutu II 0%
f. Bentuk Ikatan : mutu I maks 10 cm; mutu II maks 10 cm
g. Bentuk Buah Lepas : mutu I maks 0,5 cm; mutu II maks 0,5 cm
h. Kadar Kotoran : mutu I 0%; mutu II 0%
i. Serangga hidup/mati : mutu I tidak ada; mutu II tidak ada

1 komentar:

Ismail mahmud mengatakan...

thanks atas artikelnya

Posting Komentar