• Post 1
  • Post 2
  • Post 3

Read More

Read More

tips membudidayakan jagung? blogspot.com

I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan





Waktu

Dosis Pupuk Makro (per ha)




Dosis POC
NASA

Urea (kg)

TSP (kg)

KCl (kg)

Perendaman benih
-
-
-

2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar
120
80
25

20 - 40 tutup/tangki
( siram merata )

2 minggu
-
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram)

Susulan I (3 minggu)
115
-
55


-

4 minggu
-
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Susulan II (6minggu)
115
-
-

4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan

Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan ku
Read More

tips membudidayakan jambu air? blogspot.com

1. SEJARAH SINGKAT
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan, tetapi memiliki keragaman dalam penampilan. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-buahan potensial yang belum banyak disentuh pembudidayannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit, sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk buah.

2. JENIS TANAMAN
Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantarum
Sub Kingdom : Kormophyta
Super Divisio : Kormophyta biji
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Eugenia aquea
Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air yang banyak ditanam, tetapi keduanya tidak begitu menyolok perbedaannya. Ke dua jenis tersebut adalah Syzygium quaeum (jambu air kecil) dan Syzygium samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air besar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo (merah dan hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong (Bangkalan), Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak, Neem, Lonceng (super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang paling komersil adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2 macam (merah dan putih).



3. MANFAAT TANAMAN
Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli, jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai “buah meja” jambu air juga telah menjadi santapan canggih dengan dibuat salada dan fruit coctail. Kandungan kimia yang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin C. Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja juga untuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan sebagai obat.

4. SENTRA PENANAMAN
Menurut data statistik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Barat, Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Cirebon, Subang dan Bekasi termasuk 10 besar sentra penanaman pohon jambu. Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan terkenal dengan jambu Bolang yang bila matang benar berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manisasam segar sedangkan Jambu air Semarang (merah dan putih) banyak terdapat di Indramayu.

5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air. Angin berfungsi dalam membantu penyerbukan pada bunga.
2) Tanaman jambu air akan tumbuh baik di daerah yang curah hujannya rendah/kering sekitar 500–3.000 mm/tahun dan musim kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan memberikan kualitas buah yang baik dengan rasa lebih manis.
3) Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan. Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40–80 %.
4) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 derajat C.
5) Kelembaban udara antara 50-80 %.

5.2. Media Tanam
1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok sebagai media tanam jambu air adalah 5,5–7,5.
3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0-50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm.
4) Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada tanah datar.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai 1.000 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih/Bibit
Biji berasal dari varietas unggul, berumur lebih dari 15 tahun, produktif dan produksi stabil. Biji berasal dari buah masak pohon, yang besarnya normal dan mulus. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di tempat teduh. Biji-biji yang memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar, ukuran seragam, bernas dan tidak cacat, dianjurkan dalam meggunakan bibit jambu air hasil cangkokan/okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini lebih cepat
menghasilkan buah.
2) Persiapan Benih
a. Bibit Enten (Grafting)
Model sambungan yang terbaik adalah sambungan celah. Batang bawah berasal dari bibit hasil perbanyakan dengan biji yang berumur 10 tahun, sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah disambung bibit dipelihara selama 2-3 bulan
b. Bibit Cangkok
Cabang yang akan dicangkok berada pada tanaman yang unggul dan produktif. Cabang yang dipilih tidak telalu tua/muda, berwarna hijau keabuabuan/kecoklat-coklatan dengan diameter sedikitnya 1.5 cm. Setelah 2-2.5 bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong dan ditanam dipolibag dengan media campuran : pupuk kandang 1 : 1. Bibit dipelihara selama 1 bulan.
3) Teknik Penyemaian Benih
Persemaian dapat dilakukan di dalam bedengan atau di polibag.
a) Bedengan
1. Olah tanah sedalam 30-40 cm dengan cangkul kemudian keringkan selama 15-30 hari.
2. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang sesuai lahan dan jarak antar bedengan 60 cm.
3. Campurkan 2 kg/m2 pupuk kandang dengan tanah bedengan.
4. Buat sungkup bedengan berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi pusat lingkaran minimal 50 cm. Naungi sungkup dengan plastik bening.
b) Polybag
1. Lubangi dasar polybag diameter 10-15 cm.
2. Isi polibag dengan media berupa campuran tanah, pupuk kandang (2 : 1).
3. Simpan polybag di dalam sungkup.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari, terutama jika kemarau.
b) Penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma.
c) Pemupukan setiap 3 bulan dengan urea, SP-36 dan KCl (2:1) sebanyak 50-100 gram/m2 atau 4 gram/polibag.
d) Penyemprotan pestisida dengan konsentrasi 30-50% dari dosis anjuran.
e) Membuka sungkup jika cuaca cerah secara berangsur-angsur agar tanaman dapat
beradaptasi dengan lingkungan kebun.
5) Pemindahan Bibit
Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag setelah berumur 6 bulan. Pindah tanam ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10-12 bulan di persemaian.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus dibersihkan dahulu dari berbagai pengganggu seperti: rerumputan, semak/onak dan binatang. Lahan hanya diolah di lubang tanam dan dilaksanakan 15-30 m hari sebelum tanam. Jarak tanam jambu air adalah 8 x 8 m dengan lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk Tanaman jambu air dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul sampai dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang akan ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 m dan kedalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus/tanah cukup liat diberikan pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan, dengan kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan pembuatan bedengan sesuai dengan kebutuhan.
3) Pengapuran
Pengapuran tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 bulan menjelang hujan.
4) Pemupukan
Sebelum penanaman kedalam lubang tanam perlu dimasukkan pupuk kandang sekitar 1 blek minyak tanah. Jika perlu ditambah 2 genggam pupuk NPK. Setelah itu perlu diberi pelindung
6.3. Teknik Penanaman
Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di kebun, Jika yang digunakan adalah bibit cangkokan maka penanaman batang lebih dalam agar pohon bisa tumbuh secara kuat.
1) Penentuan Pola Tanam
Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dengan pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam sebaiknya dibuat pada akhir musim kemarau/menjelang musim hujan, agar pada saat mendekati musim hujan, tanaman sudah berdiri. Dengan demikian tanaman baru (pada musim hujan) tidak perlu disiram 2 kali sehari. Penyiapan lubang tanaman terdiri dari:
a) mula-mula tanah digali di tempat yang sudah ditentukan;
b) ukuran lubang ukuran lubang: panjang x lebar x dalam = 60 x 60 x 60 cm. atau panjang x lebar x dalam = 1 x 1 x 0,5 m.
3) Cara Penanaman
Bibit jambu air ditanam ke dalam lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlu memperhatikan kedalaman penanaman dan waktu penanaman sebaiknya dilaksanakan persis pada awal musim hujan dan pada sore hari.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1 bulan. Bibit yang tidak tumbuh diganti dengan bibit baru yang ditanam pada lubang tanam yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan maksud menyuburkan tanah, membuang rumput liar/tanaman liar (kalau ada) atau binatang yang mendekap diantara tanah. Dengan penyiangan dapat memeriksa keadaan lapisan tanah.
3) Pemupukan
Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum berbuah dan sesudah berbuah, sebaiknya setelah dilakukan penyiangan.
a) Tanaman belum berbuah
1. Pupuk kandang diberikan sekali gus pada awal musim hujan.
2. Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dengan pupuk kandang.
3. 2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan bersamaan dengan TSP dan KCl.
b) Tanaman sudah berbuah
1. Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal musim hujan.
2. Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan pada saat tanaman belum berbunga (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dan saat hujan pertama mulai turun).
3. Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar (umur buah sekitar 1-2 bulan sejak berbunga dan ukuran buah ± sebesar telur puyuh). Cara pemberian pupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam Rorak (got) sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk pohon. Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur = 15 tahun.
4. Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak tanah.
5. Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl (masing-masing) : 2500 gram.Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun setelah jambu air berumur = 10 tahun ialah:
a) Pupuk kandang: 2 kaleng minyak tanah.
b) Pupuk Urea: 100 gram.
c) Pupuk TSP: 50 gram.
d) Pupuk KCl: 50-100 gram.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan kedalaman air tanah 150-200 cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman, agar tanah tetap lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda perlu diairi 1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam, tanaman disirami 10-12 kali
sebulan.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali seminggu. Awal penyemprotan dilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh (umur ± 1-2 bulan sejak berbunga). Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu air akan dipetik (sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau sampai gejala serangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan pestisida, atau pupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu. Kalau langit mendung dan kemungkinannya akan turun hujan, sebaiknya penyemprotan ditunda dulu.
6) Pemeliharaan Lain
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk pohon, pemeliharaan dan peremajaan. Membentuk pohon: dilakukan setelah mencapai ketinggian 2 meter, dengan ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah dan bagian yang dipangkas adalah cabang/tunas. Untuk pemeliharaan: dilakukan setiap saat kecuali ketika tanaman sedang berbunga, bagian yang ditanam adalah dahandahan yang tua, yang mati kering, luka serta tidak sempurna. Untuk peremajaan: memangkas seluruh bagian tanaman yang sudah kelewat tua, tidak berproduksi atau diserang hama.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat kupu-kupu gajah
Ciri: panjang 12 cm, warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk dan lunak, tertutup lapisan lilin keputih-putihan. Telur-telurnya ditaruh di tepi daun, 2-3 butir bersama-sama, warna merah muda. Kepompong berada di antara beberapa daun atau di sebelah bawah daun. Ulat-ulat tersebut sangat rakus memakan daun. Pengendalian: dengan cara mengumpulkan telur, ulat, dan kepompong untuk dimusnahkan.
2) Kutu perisai hijau
Ciri: panjang kutu 3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan). Melekat pada bagian-bagian pohon yang hijau dan di bagian bawah daun. Menyebabkan terjadinya cendawan hitam seperti jelaga. Pengendalian: cara alami dimakan oleh beberapa macam kepik (merah tua, panjang 5 mm dan biru panjang 6 mm) dan ulat (warna
merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini di musim penghujan bisa musnah oleh serangan beberapa macam cendawan.
3) Keluang dan codot
Pengendalian: buah-buahan yang hampir tua dibungkus kantong kertas/kain-kain bekas.
4) Pasilan atau benalu
Pengendalian: dibuang dan dibersihkan.
5) Lalat buah (dacus pedestris)
Buah dan daun yang terserang oleh ulat ini. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging buah, sehingga setelah menetas larvanya memakan buah jambu air. Pengendalian: dengan insektisida Diazinon atau Bayrusil yang disemprotkan ke pohon, daun dan buah yang masih pentil dengan dosis sesuai anjuran.
6) Penggerek batang
Pengendalian: dengan cara menyumbatkan kapas yang telah direndam insektisida Diazinon atau Bayrusil kedalam lubang batang yang digerek.
7) Ulat penggulung/pemakan daun
7.2. Penyakit
1) Gangguan pada akar
Pemupukan yang kurang hati-hati pada jambu air yang sedang berbuah dapat menyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau buah jambu air bisa rontok. Semua ini terjadi karena tanaman tidak mendapat suplai air dan zat makanan sebagaimana mestinya akibat rusaknya akar tersebut. Selain itu tanah yang berlebihan supali air juga dapat merontokkan bunga/buah, sebab sebab air yang menggenang membuat akar susah bernafas dan mengundang cendawan yang bisamembusukkan akar.
2) Gangguan pada buah
Penyebab: ulat (lalat) buah dan sejenis cendawan yang mengakibatkan buah rontok, busuk. Serangga ini langsung menyerang buah dengan ciri noda berwarna kecoklatan atau kehitaman pada permukaan buah. Pengendalian: (1) cara membungkus buah sewaktu masih dipohon (2) dengan penyemprotan insektisida thioda (2-3 cc/liter air) dan fungisida dithane (3 cc/liter air)

8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman jambu air dapat berbuah setelah berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2 kali dalam setahun (Juli dan September) dan buahnya masak pada Agustus dan Nopember. Ciri-ciri buah yang dapat dipanen dinilai dari tingkat kematangan berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda, hijau tua, hijau sedikit merah hijaumerah dan merah hijau. Keadaan fisik buah juga menjadi kriteria dalam panen yaitu semakin terlihat matang buah yang nampak, maka semakin merah warna kulitnya dan makin besar pula ukuran fisiknya.
8.2. Cara Panen
Buah dipetik dari rangkaiaanya dengan hati hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh.
8.3. Periode Panen
Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali dalam setahun, tergantung pada keadaan lingkungan.
8.4. Prakiraan Produksi
Buah jambu air jenis merah–hijau dapat dipanen bila warna merah pada buah jambu lebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada saat tersebut nisbah TPT/asam dan Vitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 dan 48 kg/100 gram

9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam keranjang plastik dan disimpan sementara di ruangan yang sejuk. Buah dari jenis yang berbeda tidak disatukan dengan jenis yang lain.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan buah yang cacat dari yang baik, kemudian klasifikasikan buah berdasarkan ukurannya. Buah dicuci bersih dengan air mengalir atau dialiri air kemudian ditiriskan di rak pengeringan.
9.3. Penyimpanan
Buah yang telah dikemas disimpan di daerah yang teduh kering dan sejuk.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah dikemas dalam keranjang plastik dan disusun rapi agar tidak berpindah tempat selama dalam pengangkutan. Sebaiknya bauh disimpan dalam cold storage jika tidak langsung diangkut ke pasar.

Read More

tips membudidayakan bunga anggrek? blogspot.com

Budidaya Tanaman Anggrek

Sumber : http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/

A. ASPEK LINGKUNGAN

Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti : pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.

Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan memerlukan temperatur 28 + 2° C dengan temperatur minimum 15° C. Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.
Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.
Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.
Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
  • Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.
  • Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp.
    Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
  • Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
  • Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.
Read More

tips membudidayakan bunga kertas? blogspot.com

BUNGA KERTAS ( BOUGAINVILLEA )

Tanaman Landskap yang paling popular sekali, ianya amat cantik dan menarik dengan pelbagai warna dan speciesnya. Kenalilah nama-nama bunga kertas. Asalnama Borgainvillea daripada seorang komandan laut berasal dari Perancis bernama Louis Antonio de Bougainvillea telah menjelajah seluruh dunia atas perintah Raja Louis XV. Antara tahun 1766 - 1769. Kali pertama beliau dan pasukannya melihat bunga kertas ialah dipantai Amereka Selatan, iaitu tempat asal bunga kertas. Botanis yang bersamanya menamakan pokok tersebut Bougainvillea selepas itu.Pada masa menjelajah ke pulau-pulau dilautan pasifik, komandan L.A Bougainvillea dan pemerhatiannya menjumpai penemuan-penemuan baru botani sebagai kenangan, Kepulauan Solomon yang terbesar dan dua buah selat diberi nama beliau tetapi tempat itu tidak berkaitan dengan nama asal bunga kertas.

Antara species Bunga Kertas:-
1. Mary Palmer,2. Sanderiana, 3. MrsEva 4. Singaporian Beuty, 5. Spectabilis Harlequin, 6. Rosa Catalina, 7.Glabra Formosa. 8. Glabra Magnifica. 9. Glabra Cypheri. 10. Lady Hudson, 11Mrs Butt. 12. Chilly Red. 13. Mrs McLean. 14. Double Red. 15. Douple Pink. 16. B.X Buttiana. 17. Louise Wathen. 18. Golden Glow. 19. Poultonii. 20. Easter Parade. 21. Elizabeth Angus. 22.Hawaian Beuty

SIFAT BOTANI:-

Bunga kertas dari famili Nyctaginaceae dengan species melebihi 250 jenis kesemuanya dikawasan tropika . Di Malaysia bunga kerta dibiak menggunakan keratan, masa kini ianya sering dibentuk menjadi bonsai dengan cantuman pelbagai warna..


KESESUAIAN penanaman bunga kertas pada pancaran matahari penuh tanpa naungan.kekuatan cahaya matahari adalah sumber utama bunga kertas mengeluarkan bunga.

PEMBIAKAN

Bunga Kertas dibiakkan melalui keratan antara 4 - 6 inci disemai sendeng pada sudut 45 darjah dalam kotak semaian pasir halus dan perlukan siraman setiap hari. Campuran pasir , organik nisbah 1:1 mengandungai tanah dan kompos. .

PEMANGKASAN.

Bagi peminat yang menanam bunga kertas pemangkasan ( pruning ) amat lah penting. Jika tidak bunga kertas yang ditanam akan meninggi menjadikan bentuk kanopynya tidak menarik. Pembentukan pemangkasan boleh dilakukan dengan daya kreaviti penanam sendiri mengikut matlamat masing-masing

Selamat menanam Bunga Kertas ( BOGAUINVILLEA ) dihalaman rumah anda.
Read More

tips membudidayakan bunga matahari? blogspot.com

Blogitic.net – Bunga matahari adalah bunga semusim yang populer di masyarakat sebagai tanaman hias dan tanaman penghasil minyak. Bunga matahari sendiri habitatnya menyukai tanah yang subur dan hangat dengan iklam subtropis. Penanaman budidaya bunga matahari tidak cocok di genangan air.

Bunga matahari tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air dikarenakan akarnya akan membusuk. Budidaya bunga matahari di Indonesia kurang memuaskan. Blogiztic.net akan mengupas cara budidaya bunga matahari yang benarsebagai berikut.
Bunga matahari ditanam pada halaman dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias. Tanaman ini cocok di segala alam tetapi tanaman ini paling subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Bunga matahari dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
Bunga matahari ini diperbanyak dengan biji. Biji benih berasal dari bunga pertama induknya yang sudah tua. Caranya dengan penyemaian. Biji benih diambil dan ditabur dalam bekas yang mengandung tanah basah, ia mudah berkecambah dan cepat membesar. Jika hanya butuh sedikit, cukup menggunakan pot sebagai wahana persemaian. Untuk skala besar, semaikan di bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi bibit sekitar 15 – 20 cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu lubang, cukup satu bibit. Jarak tanam sekurang – kurangnya 1 meter persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan berkembang dan bercabang. Besaran bunga pun akan mengecil, bahkan kerdil.
Tanaman bunga matahari sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Di awal penanaman, taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per bibit. Ulangi saat tanaman berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang. Di usia 1,5 bulan, tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan saluran pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan, bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang – cabang di ruas – ruas daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 – 12 tangkai bunga.
Untuk pemeliharaan bunga matahari, lakukan penyiraman setidaknya sekali sehari. Spesies pokok hiasan ini mampu menarik serangga yang turut membantu proses pendebungaan untuk menghasilkan biji benih bagi pertumbuhan anak benih baru.
Blogitic.net – Bunga matahari adalah bunga semusim yang populer di masyarakat sebagai tanaman hias dan tanaman penghasil minyak. Bunga matahari sendiri habitatnya menyukai tanah yang subur dan hangat dengan iklam subtropis. Penanaman budidaya bunga matahari tidak cocok di genangan air.

Bunga matahari tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air dikarenakan akarnya akan membusuk. Budidaya bunga matahari di Indonesia kurang memuaskan. Blogiztic.net akan mengupas cara budidaya bunga matahari yang benarsebagai berikut. Bunga matahari ditanam pada halaman dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias. Tanaman ini cocok di segala alam tetapi tanaman ini paling subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Bunga matahari dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.
Bunga matahari ini diperbanyak dengan biji. Biji benih berasal dari bunga pertama induknya yang sudah tua. Caranya dengan penyemaian. Biji benih diambil dan ditabur dalam bekas yang mengandung tanah basah, ia mudah berkecambah dan cepat membesar. Jika hanya butuh sedikit, cukup menggunakan pot sebagai wahana persemaian. Untuk skala besar, semaikan di bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi bibit sekitar 15 – 20 cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu lubang, cukup satu bibit. Jarak tanam sekurang – kurangnya 1 meter persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan berkembang dan bercabang. Besaran bunga pun akan mengecil, bahkan kerdil.
Tanaman bunga matahari sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Di awal penanaman, taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per bibit. Ulangi saat tanaman berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang. Di usia 1,5 bulan, tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan saluran pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan, bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang – cabang di ruas – ruas daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 – 12 tangkai bunga.
Untuk pemeliharaan bunga matahari, lakukan penyiraman setidaknya sekali sehari. Spesies pokok hiasan ini mampu menarik serangga yang turut membantu proses pendebungaan untuk menghasilkan biji benih bagi pertumbuhan anak benih baru.
Read More

tips membudidayakan bunga matahari? blogspot.com

pas Tentang Budidaya Pertanian

Budidaya Bunga Matahari

KLASIFIKASI
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae (Compositae).
Genus : Helianthus
Spesies : Helianthus annuus
Nama jenis : Helianthus annuus Linnaeus

DESKRIPSI MORFOLOGI

Bunga matahari (Helianthus annuus), merupakan tanaman perdu. Rasa lembut, netral. Herba anual (umumya pendek, kurang dari setahun), tegak, berbulu, tinggi 1 - 3 m. Termasuk tanaman berbatang basah (herbaceus), daun tunggal berbentuk jantung sepanjang 15 sentimeter panjang dan 12 sentimeter lebar dengan gagang daunnya yang panjang kemas tersusun pada batang pokoknya yang keras dan berbulu. Pokoknya setinggi 90 – 350 cm, berbatang kecil, berbulu kasar dan hampir tidak bercabang.



Kepala bunga yang besar (inflorescence) dengan diameter bunga dapat sampai 30 cm, dengan mahkota berbentuk pita disepanjang tepi cawan dengan ukuran melintang antara 10 hingga 15 sentimeter, berwarna kuning, dan di tengahnya terdapat bunga - bunga yang kecil berbentuk tabung, warnanya coklat. Bila dibuahi, bunga-bunga kecil ini menjadi biji - bijinya yang berwarna hitam bergaris - garis putih itu berkumpul di dalam cawan. Bila sudah matang, biji - biji ini mudah dilepaskan dari cawannya. Bunga Matahari dikenal tumbuh ke arah matahari, perilaku ini dikenal dengan istilah heliotropik. Pada malam hari, bunga itu tertunduk ke bawah.


SYARAT TUMBUH


Bunga matahari (Helianthus annuus), ditanam pada halaman dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias. Tanaman ini cocok di segala alam tetapi tanaman ini paling subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Bunga matahari dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.


Bunga matahari tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air. Karena akar-akarnya akan membusuk.


BUDIDAYA


Bunga matahari merupakan tanaman semusim. Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Biji benih berasal dari bunga pertama induknya yang sudah tua. Caranya dengan penyemaian. Biji benih diambil dan ditabur dalam bekas yang mengandung tanah basah, ia mudah berkecambah dan cepat membesar. Jika hanya butuh sedikit, cukup menggunakan pot sebagai wahana persemaian. Untuk skala besar, semaikan di bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi bibit sekitar 15 - 20 cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu lubang, cukup satu bibit. Jarak tanam sekurang - kurangnya 1 meter persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan berkembang dan bercabang. Besaran bunga pun akan mengecil, bahkan kerdil.


Tanaman sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Di awal penanaman, taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per bibit. Ulangi saat tanaman berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang. Di usia 1,5 bulan, tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan saluran pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan, bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang - cabang di ruas - ruas daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 - 12 tangkai bunga.


Untuk pemeliharaan lakukan penyiraman setidaknya sekali sehari. Spesies pokok hiasan ini mampu menarik serangga yang turut membantu proses pendebungaan untuk menghasilkan biji benih bagi pertumbuhan anak benih baru.


FITOKIMIA


1. Bunga : quercimeritrin, (flavon glikosida), sianidinmonogiukosida (antosian glikosida), xantofil, kholina, betaina, sapogenin, helianthoside A - B - C, oleanolic acid, echinocystic acid.
2. Biji : Protein, globuiin, albumin, glutolin, asam amino esensial, Beta sitosterol, prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan 3,4 benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8: lemak tidak jenuh: Oleat 11.7 dan linoleat 72.9, cholesterol:
3. Buah : Minyak lemak dengañ kholina, lesitin, betaina, dan zat samak.
4. Sumsum dari batang dan dasar bunga itu berisi kandungan hemicellulose yang menghambat sarcoma 180 dan Ehrlich ascitic carcinoma pada tikus.
Read More

tips membudidayakan jamur merang? blogspot.com

Budidaya Jamur Merang

(Volvariella volvaceae)
JAMUR, dalam sejarah telah dikenal sebagai makanan sejak 3000 tahun yang lalu, dimana jamur menjadi makanan khusus buat raja Mesir yang kemudian berkembang menjadi makanan spesial bagi masyarakat umum karena rasanya yang enak. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan sudah dimulai sejak dua ribu tahun silam.
Jamur merang merupakan jenis jamur yang pertama kali dapat dibudidayakan secara komersial. Di Cina jamur merang mulai dibudidayakan sejak pertengahan abad 17, dan di Indonesia tanaman ini diperkirakan mulai dibudidayakan sekitar tahun 1950-an.

I.        Pembuatan Kumbung
A.   Penentuan Lokasi :
1.    Sumber jerami
2.    Sumber air
3.    Jalan
B.   Persyaratan Kumbung :
  • Dinding dalam dan atas menggunakan plastik polyetilen.
  • Dinding luar menggunakan sterofoam.
  • Kumbung lebih baik ditempat
C.    Perbedaan kumbung :
  •  Kumbung atas lancip : bila panas maka uap akan mengalir ke samping. Digunakan untuk kumbung yang memiliki satu rak ditengah.
  • Kumbung atas datar    : uap air akan jatuh ketengah-tengah kumbung. Digunakan untuk kumbung yang memiliki dua rak
II.         Media
1.    Jerami
2.    Kapur CaCO3
3.    Dedak
4.    Limbah kapas
a)   Jerami mengandung :
  • Lignin
  • Selulosa
  • Silicca
b)   Alternatif jerami   :
  • Alang-alang
  • Eceng gondok
  • Batang jagung
  • Kelaras pisang
c)    Alternatif limbah kapas :
  • Hampas sagu
  • Hampas tahu
  • Hampas tempe
  • Hampas kapuk 
III.        Pembuatan Kompos
1.    Lapisan atas               : kompos kapas
2.    Lapisan bawah           : kompos jerami
IV.       Memasukkan Kompos
1.    ±10 hari kompos jerami masuk kumbung, simpan setinggi ±40 cm/rak.
2.    Lapisi ± 0,5 cm kompos kapas yang telah dikompos selama 1 bulan.
3.    Pasteurisasi sampai suhu 70°C, pertahankan 4-5 jam.
4.    Penanaman dilakukan bila suhu < 40°C.
V.       Pasteurisasi / Steam
1.    Lantai kumbung dibersihkan.
2.    Peralatan untuk wadah penanaman bibit harus disertakan dalam pasteurisasi.
3.    Semua ruang tertutup.
4.    Drum pasteurisasi diisi penuh, salurkan pipa ke dalam kumbung.
5.    Setelah mencapai 70°C (biasanya setelah 7-8 jam). Suhu dipertahankan selama 4-5 jam
6.    Penanaman bibit dilakukan setelah istirahat 1 hari.
Catatan :   - bila penyeteaman tidak matang, maka jendela harus dibuka agar amoniak keluar.
                 - bila penyeteman matang, maka jendela ditutup saja.

VI.        Penanaman Bibit
1.    pH diusahakan mencapai 7 / netral.
2.    Peralatan untuk penanaman yang telah di pasteurisasi disiapkan untuk diisi bibit.
3.    Bibit log dihancurkan agar lembut. ( 1 log untuk 1m2)
4.    Bibit ditabur pada 2/3 media dari tinggi media / tengahnya tidak di tabur.
5.    Bibit sempilan di tanam di bawah media gulungan sebanyak 2 tempat tanam.
6.    Bisa juga dibuat bantalan di tiang danditanami bibit.

7.    Hari I      : penanaman dilakukan sore hari.
8.    Hari II      : pertumbuhan miselium diperhatikan.
9.    Hari III     : -  Bila bibit telah keluar miselium, maka langsung disiram.
       -  Bila bibit belum tumbuh, maka penyiraman dilakukan hari ke 4.
       -  Penyiraman bibit dilakukan pada tengah hari ± pkl 13.00
10. Hari IV     : mulai hari ke 4, pintu & jendela dibuka antara pkl 06.00-06.15.
11. Hari V     : jendela dibuka 15°. Pintu di buka pkl 00.00 selama ½ jam.
12. Hari VI     : jendela di buka 30 °.
13. Hari VII    : jendela di buka 45°.
14. Hari VIII   : jendela di buka 60-90° / bila jamur tumbuh besar.
15. Panen selanjutnya jendela dibuka terus sampai selesai.

VII.        Pemeliharaan Media
1.    Penyiraman dilakukan 3 atau 4 hari setelah tanam.  Untuk mengubah masa vegetatif menjadi     masa generatif. Karena penyiraman dilakukan pada siang hari sehingga jamur menjadi stress dan mengubah fase tanam.
2.    Temperatur ruangan 34-36°C.
3.    Temperatur media 34- 38°C.
4.    Bila temperatur media mencapai 38°C atau lebih maka akan tumbuh cendawan Monilia,
       tumbuh  antara hari ke V – VIII.


VIII.       Panen
1.   Ciri jamur siap tanam :
  • Bila masih ada tonjolan    , panen dilakukan keesokan harinya.
  • Bila bulat sudah merata    , jamur siap panen.
2.   Cara panen jamur :
  • Lebih baik tidak menggunakan kuku tangan, tetapi menggunakan pisau yang telah disterilkan.
  • Tinggalkan / sisakan sedikit pangkal buah jamur yang di panen.
  • Media tidak boleh terangkat.
3.  Penyebab menurunnya kualitas jamur merang (bercak-bercak):
  • Pasteurisasi tidak matang
  • Dedak tidak matang
4.  Penyebab jamur pecah :
  • Suhu terlalu tinggi
  • Terlambat waktu panen.
Read More

bagimana membudidayakan bulus 1990?blogspot.com

pembudidayaan bulus

Ternak Bulus

TERNAK BULUS

A. Pengenalan Jenis

Nama labi-labi (Trionyx sinensis) juga dikenal untuk spesies Trionyx cartilagineous dan spesies Trionyx lainnya. Labi-labi atau bulus dipelihara di dalam kolam. Awalnya, bulus termasuk hama, sama seperti belut. gabus, dan komoditi penting lainnya. Bulus memiliki nilai ekonomis tinggi. Hampir seluruh bagian tubuh labi-labi dapat dimanfaatkan, baik daging maupun cangkangnya. Selama ini pasokan labi-labi dipenuhi dari tangkapan alam karena hasil budi daya belum signifikan jumlahnya.



Bentuk tubuh bulus oval atau agak lonjong, dan pipih. Tubuhnya tanpa sisik dan berwarna abu-abu kehitaman. Kerapas dan plastron (bagian bawah tubuh yang tidak tertutup cangkang) terbungkus kulit yang liat.
Pastronnya berwarna putih pucat hingga kemerah-merahan. Kulit tertutup oleh perisai yang berasal dari lapisan epidermis berupa zat tanduk. Hidungnya memanjang membentuk tabung, seperti belalai. Labi-labi tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam.


B. Kebiasaan Hidup di Alam

Labi-labi bernapas dengan paru-paru (pulmo), baik yang baru menetas maupun labi-labi dewasa.

1. Kebiasaan makan

Labi-labi memakan ikan dan udang kecil di alam. Di kolam, labi-labi bisa diberikan pakan berupa cincangan ikan atau isi perut ternak ruminansia.

2. Kebiasaan berkembang biak

Di alam, labi-labi umumnya berpijah antara Juli—Desember. Labi-labi berkembang biak dengan cara bertelur (ovivar). Setiap kali labi-labi bertelur mencapai 10-30 butir. Telur berwarna krem dengan diameter antara 2-3 cm. Telur-telur yang dikeluarkan ditimbun dalam tanah berpasir selama lebih kurang 45-50 hari pada suhu 25-30 derajat C.

C. Memilih Induk
Labi-labi yang hendak dipijahkan di kolam pemijahan harus memenuhi persyaratan khusus, di antaranya umur dan ukuran. Selain itu, perbandingan antara induk jantan dan betina harus tepat. Adapun ciri induk jantan dan betina yang baik sebagai berikut.


Ciri induk yang berkualitas
Betina
- Umur sudah mencapai 2 tahun atau lebih.
- Ukuran tubuhnya lebih kecildibandingkan jantan.
- Ekor induk betina pendek dan tidak menonjol keluar dari cangkangnya.
- Bentuk cangkangnya lebih bulat dan lebih tebal.
- jarak antar kedua kaki belakang lebih panjang, karena erat kaitannya dengan proses bertelur.
- Alat kelamin tumpul.




jantan
- Umur sudah mencapai 2 tahun atau lebih.
- Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan betina, kadang-kadang dua kali besarnya.
- Ekor induk jantan lebih panjang dan menonjol keluar dari cangkangnya.
- Bentuk cangkangnya lebih oval dan dan lebih tipis.
- jarak antar kedua kaki belakang lebih pendek.
- Alat kelamin lancip.



D. Pemijahan ahan di Kolam

Dalam pemijahan labi-labi di kolam perlu diperhatikan faktor-faktor penting lainnya, seperti konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahannya.

1. Konstruksi kolam
Kolam pemijahan labi-labi berbentuk persegi panjang. Luas kolam tergantung lahan yang tersedia, umumnya antara 200-300 m2 dengan ketinggian pematang 1,5-1,75 m. Dasar kolam sebaiknya dilapisi pasir, sedangkan dinding pematang diusahakan tembok.

Pada salah satu sisi kolam dibuatkan kandang peneluran seluas 2 M X 2 m x 1 m sebanyak 3 buah. Kandang ini dihubungkan dengan jembatan penghubung yang terbuat dari anyaman bambu atau papan. Tujuan pembuatan jembatan adalah untuk memudahkan induk labi-labi masuk ke dalamnya. Kandang peneluran sebaiknya dilengkapi peneduh untuk melindungi telur dari sengatan matahari langsung dan hujan. Dasar kandangnya dilengkapi dengan pasir halus setebal 20 cm agar induk mudah menyembunyikan telur-telurnya.

2. Persiapan kolam
Kolam pemijahan dikeringkan 3-5 hari. Kandang tempat pemijahan labi-labi diupayakan terkena sinar matahari langsung agar bibit penyakit mati. Selanjutnya, induk dimasukkan ke dalam kolam. Adapun perbandingan induk jantan dan betina yang dikawinkan 1: 4. Artinya, seekor pejantan labi-labi diharapkan bisa mengawini 4 ekor induk labi-labi betina.


3. Pemijahan

Pemijahan biasanya terjadi pada 7-12 hari setelah penebaran induk. Induk akan bertelur pada malam hari, antara pukul 20.00-02.00. Seekor induk betina biasanya akan menghasilkan 30-40 butir telur. Bentuk telur labi-labi seperti bola pingpong berwarna krem dan ukuran telur biasanya berdiameter antara. 1-3 cm.


Telur yang selesai dikeluarkan oleh induk harus segera dipindahkan ke dalam ruang inkubator atau ruang penetasan telur. Sementara telur yang di dalam timbunan pasir bisa dikeluarkan dengan menggunakan tangan atau alat bantu seperti sekop.


E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih

Telur-telur disusun secara teratur di dalam kotak penetasan yang diisi pasir setebal 5 cm. Kotak tersebut berukuran 40 cm x 6o cm x 5 cm. Selain itu, disediakan juga baskom berisi air yang dipasang sejajar dengan permukaan lantai. Baskom ini akan dibutuhkan oleh tukik setelah keluar dari cangkang.

Selama proses penetasan, suhu ruangan diusahakan antara 29-33 derajat C dengan kelembapan 85-95%. Telur akan menetas setelah 40-45 hari pada suhu 30 derajat C. Namun, kadang-kadang telur akan menetas setelah 60 hari.
Setelah menetas, tukik langsung mencari air yang sudah disediakan di dalam baskom tersebut. Berat tukik yang menetas berkisar 7-9,3 g/ekor. Tukik yang baru menetas belum membutuhkan pakan dari luar karena menyerap sari makanan dari yolk sack yang dibawanya sejak lahir.

F. Pendederan

Setelah hari kelima, tukik ditangkap untuk dipindahkan ke kolam pendederan. Luas kolam pendederan biasanya sekitar l00-600 m2, tergantung lahan yang tersedia. Dasar kolam pendederan berpasir dengan ketinggian air berkisar 50-75 cm. Kolam yang airnya terlalu dalam, akan menyulitkan labi-labi untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Kepadatan kolam penebaran 45-50 ekor /m2• Lama pemeliharaan tukik di kolam tersebut selama 2 bulan. Selama pemeliharaan, tukik diberi pakan berupa cincangan daging ikan. Pakan yang diberikan sebanyak 5% dari berat labi-labi yang ditebarkan. Pakan tersebut ditempatkan di tepian kolam, pada batas permukaan air kolam. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari.


Labi-labi suka berjemur sehingga 1/3 bagian kolam diberi tanaman peneduh berupa eceng gondok. Selain itu, beberapa bagian kolam diberi tempat berjemur dari papan yang bisa mengapung.


G. Pembesaran

Luas kolam pembesaran bervariasi antara 100-600 m2. Kolam yang terlalu besar akan menyulitkan pengontrolan, sedangkan kolam yang
terlalu kecil kurang efektif karena jumlah labi-labi muda yang ditebarkan jumlahnya sedikit. Ketinggian air kolam pembesaran minimal 75 cm.

Tukik yang ditebarkan ke dalam kolam pembesaran berumur 2 bulan. ukurannya seragam. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari agar tukik tidak stres. Kepadatan penebaran yaitu 8-10 ekor/m2.

Untuk mencapai ukuran 300-600 g/ekor, seekor tukik membutuhkan waktu 3-6 bulan. Panen biasanya dilakukan setelah dipelihara selama 6-7 bulan dengan berat 700-800 g/ekor. Untuk mencapai
ukuran dewasa, tukik membutuhkan waktu 2-3 tahun. Pembesaran lebih lanjut hanya dilakukan untuk menghasilkan induk labi-labi sebab ukuran konsumsi yang paling dikehendaki konsumen yaitu 700-800 g/ekor, kurang dari 1 kg.
Read More